TUJUAN PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Qira’atul Kutub Tafsir Tarbawi yang diampu oleh Darul Muntaha, S.Sos.I.,M.Pd.I
Disusun oleh:
Ulfiana Fatmawati
Siti Robi’ah
M. Imam Multazam
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS SAINS AL QURAN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat inayah serta hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Rosululloh Sallallahu ‘alaihi wasallam semoga kita mendapatkan syafaat di hari akhir nanti. Amin.
Makalah ini di buat sebagai tugas Mata Kuliah Qiroatul Kutub Tafsir Tarbawi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Sains Al-Qur’an Jawa Tengah di Wonosobo.
Terima kasih kami ucapkan kepada pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Dan terkhusus untuk teman-teman ku yang selalu memberiku motivasi dalam hal apapun. Saya sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh sekali dari sempurna. Karenanya, kritik dan saran anda sangat saya butuhkan demi memperbaiki di pembuatan makalah mendatang.
Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi diri saya sendiri dan bagi pembaca pada umumnya.
Wonosobo, 13 Oktober 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah kalamulloh yang diturunkan oleh malaikat jibril kepada nabi Muhamad Shollallahu Alaihi wa Sallam dengan bahasa Arab atau bahasa Al-Qur’an yang membacanya termasuk nilai pahala. Perinsip pendidikan dalam Al-Qur’an sudah digambarkan oleh ruhud dakwah nabi yang meliputi Mahabbah, Ihlas, di dalam Al-Qur’anpun banyak ayat yang menerangkan tujuan pendidikan seperti halnya surat At-taubah ayat 122, Al-Nahl ayat 90-91, Saba ayat 28, surat Adzariyat ayat 56 dan 58 dan surat Shaad ayat 29 itu semua adalah termasuk bagian terkecil dalam Al-Qur’an, karena masih banyak lagi ayat yang menerangkan tujuan pendidikan. Dengan memegang teguh terhadap tiga perinsip ruhud dahwah nabi maka akan sampai pada tujuan pendidikan yang sesusai dengan Al-Quran.
Rumusan Masalah
Bagaimana tujuan pendidikan dari Qs. At-Taubah ayat 112?
Bagaimana tujuan pendidikan dari Qs. An-Nahl ayat 90 dan 91?
Bagaimana tujuan pendidikan dari Qs. Saba ayat 28?
Bagaimana tujuan pendidikan dari Qs. Adz-Zariyat ayat 56 dan 58
Bagaimana tujuan pendidikan dari Qs. Shaad ayat 29?
BAB 11
PEMBAHASAN
Surat At-Taubah
Ayat dan Terjemah
(((((((((((((( (((((((((((((( (((((((((((((( (((((((((((((( ((((((((((((( ((((((((((((( ((((((((((( ((((((((((((((( ((((((((((((( (((( ((((((((((( (((((((((((((((( ((((((((( (((( ( ((((((((( ((((((((((((((( (((((
112. mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat[662], yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat Munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.
Penjelasan Ayat
Ayat ini menggambarkan sifat orang muslim yang suka bai’at/ jual beli itu. Mereka adalah manusia-manusia istimewa. Ada sifat yang berkaitan dengan diri Mereka secara perorangan ketika berhadapan dengan Allah swt, ada juga sifat yang melukiskan perasaan jiwa maupun kegiatan anggota badan mereka. Adalagi sifat dan sikap mereka yang berkaitan dengan janji setia itu dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka itu adalah para yang bertaubat, baik karena dosa yang jelas yang telah mereka lakukan maupun hanya karena kekhawatiran adanya dosa juga, para pengabdi, yang melakukan ibadah dngan sungguh-sungguh dan bersinambung, para pemuji (Allah), yang mengakui anugrah-Nya dan mensyukuri, para pelawat yang melakukan perjalanan di bumi, baik untuk berjihat menuntut ilmu maupun untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah yang terbentang di alam raya peruku’, para pesujud, yakni yang melakukan shalat yang kegiatan utamanya adlah ruku’ dan sujud, atau mereka yang tunduk dan patuh kepada Allah swt, para penyuruh ma’ruf, yakni kegiatan yang diakui kebaikannya oleh agama dan adat istiadat masyarakat, dan para pencegah para pemelihara, yakni pelaksana dengan baik dan tekun hokum-hukum Allah, adapun hokum dan ketetapan-Nya. Dan jika demikian, gembirakanlah orang-orang mukmin yang menyandang sifat-sifat ini.
Anda lihat ayat di atas menyebutkan taubat sebagai sifat pertama yang disandang oleh para pejuang itu. Ini karena memang jalan menuju Allah harus dimulai dengan membersihkan diri dari segala noda, sedang hal ini tidak bisa dilakukan tanpa taubat.
Setelah menyebut taubat, disusul dengan ibadah dalam pengertian umum., dan karena ibadah dan keberagamaan dibuktikan antara lain dengan pengakuan, maka yang disebut ibadah adalah pengakuan yang berupa pujian. Pujian harus bersumber dari hati dan kenyataan yang harus disadari, maka yang disebut setelahnya adalah perjalanan di muka bumi dalam rangka melihat kenyataan serta melihat betapa banyak nikmat Allah yang harus diakui dan dipuji, dan ini pada akhirnya akan mengantar seseorang ruku’ dan sujud shalat, patuh lagi tunduk kepada Allah swt. Karena kepatuhan harus dilakuakan oleh semua makhluk bukan terbatas pada diri seseorang, maka sifat berikutnya adalah upaya mengukuhkan kebaikan dan melurskan kesalahan dengan memerintah memerintah yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar. Dan jika ini semua dilakuakan akan mengantarkan seseorang memelihara semua hokum dan ketentuan Allah.
Thabathaba’I berpendapatlain. Menyangkut keserasian penyebutan sifat-sifat di atas. At-ta’ibun adalah yang kembali menuju Allah. Yang mengabdi padaNya. Sehingga mereka menjadi pengabdi . pengabdi itu bermula dengan lidahnya, sehimgga mereka menjadi pemuji, juga dengan kakinya sehingga menjadi para pelawat. Dari satu tempat ke tempat yang lain. Serta beribadah dengan badannya, ruku’ dan sujud sehingga menjadi para peruku’ dan pensujud. Itulah keadaan mereka jika ditinjau dari kesendirian mereka. Tetapi jika ditinjau dari segi kebersamaan maka mereka menjadipenyuruh amar ma’ruf nahimungkar.selanjutnya naik dalam keadaan sendiri atau bersama, mereka selalu melaksanakan dan memelihara hukum-hukum Allah.
Nilai tarbawi surat At Taubah ayat 112
Ayat ini menyebutkan sifat orang-orang mukmin yang pengorbanan jiwa dan harta benda mereka diterima Allah mereka mempunyai sifat yang baik dan pekerti yang agung. Yaitu:
(((((((((((((
Orang-orang yang bertaubat. (At-Taubat: 112)
Yakni bertaubat darai semua dosa dan meninggalkan semua perbuatan yang keji.
(((((((((((((
Orang-orang yang ahli ibadah. (At-Taubat: 112)
Mereka menegakkan ibadahnya kepada Tuhan mereka dan memeliharanya dengan baik, baik ibadah yang berkaitan dengan ucapan maupun pekerjaan. Secara khusus ibadah lisan ialah membaca hamdalah (pujian) kepada Allah.
Karena itu firman selanjutnya disebutkan:
((((((((((((((
Orang-orang yang memuji Allah. (At-Taubat: 112)
Diantara amal yang paling utama ialah berpuasa, yaitu meninggalkan kelezatan makan dan minum serta bersetubuh. Pengertian inilah yang dimaksud dengan istilah siyahah dalam ayat ini yaitu firmannya:
(((((((((((((
Orang-orang yang berpuasa. (At-Taubat: 112)
Sama halnya dengan sifat yang dimiliki oleh istri-istri Nabi Muhammad. Yang disebut dalam firmannya
حا ت(((((((((
Yakni wanita-wanita yang berpuasa. (At-Taubat: 112)
Mengenai rukuk dan sujud, keduanya merupakan bagian dari shalat dan makna yang dimaksud adalah salat itu sendiri. Seperti yang disebutkan oleh firmannya.
(((((((((((( (((((((((((((
Yang rukuk dan yang sujud. (At-Taubat: 112)
Sekalipun demikian mereka memberikan manfaat kepada makhluk Allah membimbing, memerintahkan untuk taat kepada Allah mereka juga mengetahui semua hal yang harus dikerjakan dan dijauhi yakni selalu memelihara hokum-hukum Allah. Dengan demikian mereka menegakkan ibadah kepada Allah dan memberikan nasihat kepada makhluk.
((((((((( (((((((((((((((
Dan gembirakanlah orang-orang yang mukmin itu: (At-Taubat: 112)
Dikatakan demikian karena iman mencangkup semua sifat tersebut, dan kebahagiaan yang paling puncak ialah bagi orang yang memiliki sifat-sifat itu.
Tafsir Qs. An-Nahl Ayat 90 dan 91
Ayat dan Terjemahnya
إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُ بِٱلۡعَدۡلِ وَٱلۡإِحۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَيَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡبَغۡيِۚ يَعِظُكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ ٩٠
وَأَوۡفُواْ بِعَهۡدِ ٱللَّهِ إِذَا عَٰهَدتُّمۡ وَلَا تَنقُضُواْ ٱلۡأَيۡمَٰنَ بَعۡدَ تَوۡكِيدِهَا وَقَدۡ جَعَلۡتُمُ ٱللَّهَ عَلَيۡكُمۡ كَفِيلًاۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ مَا تَفۡعَلُونَ ٩١
90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran
91. Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.
Penjelasan Ayat
Penjelasan Qs. An-Nahl ayat 90
Ayat ini dinilai oleh para pakar sebagai ayat yang paling sempurna penjelasan dalam aspek kebaikan dan keburukan. Di dalam ayat ini allah menekankan pesan-pesan bahwa sesungguhnya Allah secara terus menerusmemerintahkan siapapunn diantara hamba-hambaNya untuk berlaku adil dalam sikap, ucapan, dan tindakan, walau terhadapdiri sendiri dan menganjurkan berbuat ihsan, yakni yang lebih utama dari keadilan, dan juga pemberian yang dibutuhkan dan sepanjang kemampuan dengan tulus kepada kerabat, dan Allah melarang segala macam dosa, lebih-lebih perbuatan keji yang amat tercela oleh agam dan akal sehatseperti zina, homoseksual, dan lain-lain. Demikian juga kemungkaran yaitu hal-hal yang bertentangn denga adat istiadat yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan melarang juga penganiayaan, yaitu segala sesuatu yang melampaui batas kewajaran. Dengan perintah dan larangan ini Allahmemberi pengajaran dan bimbingan kepada kamu semua, menyangkut segala aspek kebajikan agar kamu dapat selalu ingat dan mengambil pelajaran yang berharga.
Penjalasan Qs. An-Nahl ayat 91
Ayat ini memerintahkan untuk selalu menepati perjanjian yang telah kamu ikrarkandengan Allah apabila kamu membatalkan sumpah-sumpah sesudah kamu meneguhkannya, yaitu perjanjian-perjanjian yang kamu akui di hadapan Allah swt. demikian juga sumpah-sumpah yang menyebut namanya . bagaimana kamu tidak harus menepatinya sedangkan kamu telah menjadikan Allah sebagai saksi dan pengawas atas diri kamu terhadap sumpah-sumpah dan jani-janji itu. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat, baik niat, ucapan,maupun tindakan, dan baik janji, sumpah dan sebagainya baik yang nyata maupun yang rahasia.
Tafsir Mufradat
No
Mufradat
Terjemah
1
العدل
Adil, penempatan sesuatu pada tempat yang semestinya
2
الإحسان
Membalas kebaikan dengan yang lebih banyak dari padanya, dan membalas kejahatan dengan memberi maaf
3
إيتاء
Pemberian, memberikan kepada kerabat tentang hak mereka yaitu silaturrahim dan kebajikan
4
الفخشاء
Perkataan dan perbuatan yang buruk
5
المنكر
Apa yang diingkari oleh akal
6
البغى
Penganiayaan, melakukan kezaliman dan permusuhan
7
لعلكم تذكّرون
Agar kamu dapat selalu ingat
8
تنقذوا
Membatalkan, melakukan sesuatu yang bertentangan dengan janji
9
بعدتوكيدها
Sesudah kamu meneguhkannya, menjadikan Allah sebagai saksi dan pengawas
Nilai Tarbawi Qs. An-Nahl ayat 90 dan 91
Menyuruh manusia untuk berlaku adil
Menyuruh manusia agar berbuat ihsan
Menyuruh manusia untuk melakukan akhlak mulia dan tidak melakukan akhlak tercela
Menjatuhkan hukuman sesuai dengan kesalahannya
Allah memerintahkan manusia untuk menepati janji
Qs. Saba Ayat 28
Ayat dan Terjemah
(((((( ((((((((((((( (((( (((((((( ((((((((( (((((((( (((((((((( ((((((((( (((((((( (((((((( (( ((((((((((( ((((
28. dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.
Penjelasan Ayat
Setelah membuktikan keesaan Allah dan menampik sembahan-sembahan dan kepercayaan kaum musyrikin, ayat diatas beralih guna membicarakan kenabian nabi Muhammad SAW dengan menyatakan bahwa Allah yang maha Esa dan kuasa itu, telah mengutus Rasulnya ddengan membawa bukti kebenaran yaitu Al-Qur’an. Ayat diatas tidak lagi menggnakan bentuk perintah untuk menyampaikan fungdi nabi Muhammad SAW. Sebagaimana bentuk periintah pada ayat-ayat yang lalu. Ini agaknya untuk mengingatkan beliau betapa besar anugerahnya sekaligud mengingatkan kepada seluruh manusia betapa tinggi kedudukan Rasul SAW di sisi Allah SWT.
Ayat ini dipahami oleh Taba Taba’i sebagai ayat yang mengandung argumnetasi tentang keesaan Allah SWT. Ulama ini menulis bahwa risalah atau pengutusan para nabi merupakan salah satu keniscayaan keesaan Allah. Karena Tuhan selalu memperhatikan dan mengurus hamba-hambanya serta mengtur mereka menuju kebahagiaan. Keutamaan rislah Nabi Muhammad SAW dimana beliau merupakan utusan Allah bukan utusan selainnya. Hal ini membuktikan bahwa Tuhan tidak lain kecuali Allah. Seandainya ada Tuhan lain tentu yang lain itu akan mnegutus utusannya kepada sebagian masyarakat umat manusia. Dalam konteks ini sayyidina Ali R.a. berkata: “seandainya Tuhanmu memiliki sekutu pastilah Rasul” sekutunya “itu datang juga menemui anda”. Selanjutnya Taba’ Taba’i memahami firmanNya: tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui dalan arti kebanyakan manusia tidak mengetahui bahwa keterbatasan sumber pengutusan Rasul-rasul hanya dari Allah yang maha Esa, merupakan bukti keterbatasan ketuhanan hanya pada Allah SWT semata-mata.
Nilai tarbawi
Ayat ini membuktikan bahwa Al-Quran adalah firman Allah
Ayat ini menjelaskan tentang ketauhdan dan keesaan Allah
Rasulullah SAW diutus oleh Allah sebagai Uswatun Khasanah
Surat Adz-Dzariyat ayat 56
Ayat dan Terjemah
وما خلقت الجنّ والإ ليعبدون <56>
Artinya: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar beribadah kepadaku
Penjelasan Ayat
Menggapa manusia harus bangkit berlari dan bersegera menuju Allah. Ayat diatas menyatakan dan aka tidak menciptakan jin dan manusia untuk satu manfaat yang kembali kepda diriku. Aku tidak menciptakan mereka melainkan agar tujuan atau kesudahan aktifitas mereka adalah beribadah kepdaku.
Tafsir perkata.
Kata ليعبدون li ya’budun bukan berarti agar supaya mereka beribadah atau agar Allah disembah. Huruf lam di sini sama dengan huruf lam pada firmanya فالتققطه ءال فرعون لهم عدوّا وخرنا (QS. Al-Qashoh ayat 8). Bila huruf lam pada kata liyakuna dipahami dalam arti agar supaya maka ayat diatas berarti: maka dipungutlah dia oleh keluarga firaun agar supaya dia musa yang dipungut itu menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Memeng tidak mungkin huruf lam itu berarti agar supaya karena tentu tidak ada yang mengambil dan memelihara musuhnya. Tujuan firaun ketika usul istrinya agar mengambil musa adalah agar menjadi penyejuk mata mereka, serta untuk memanfaatkan dan menjadikanya sebagai anak
Nilai Tarbawi Pada Qs.Adz-Zariyat ayat 56
Tujuan pendidikan pada ayat diatas adalah supaya manusia beribadah kepada tuhanya ataupu taat kepada Allah sedangkan ibadah dibagi menjadi 2 macam:
Ibadah mahdhoh atau ibadah murni
Ibadah mahdhoh adalah ibadah yang telah ditentukan oleh allah , bentuk, kadar, atau waktunya, seperti sholat, zakat, dan haji.
Ibadah ghoiru mahdhoh atau ibadah tidak murni
Ibadah ghoiru mahdoh adalah segala aktifitas lahir batin dan batin manusia yang dimaksudkanya untuk mendekatkan diri kepada Allah
Dari cabang ilmu seperti ilmu sholat, zakat, haji dan ilmu pengetahuan lainya itu semuanya guna takorrub illallah atau mendekat diri kepada Allah atau untuk beribadah kepada Allah.
Surat Adz-Dzariyat ayat 57-58
Ayat dan Terjemah
ما أريد منهم من رزق وما أريد أن يطعمون < 57 > ٳنّ اللّه هو الرّزّاق ذوالقوّة المتين < 58 >
Artinya: “aku tidak menghendaki dari mereka sedikit rezeki pun dan aku tidak menghendaki mereka memberi aku makan. Sesungguhnya Allah, dialalah maha pemberi rezeki, lagi pemilik kekuatan yang sangat kokoh”
Penjelasan Ayat
Ayat yang lalu menekankan bahwa tujuan penciptaan adalah beribadah kepada allah semata-mata, tidak kepada siapa pun dan apapun selainya. Ini mengundang penekanan tentang perananya sebagai sumber pemberi rezeki pemilik kekuatan yang sangat kokoh. Ayat –ayat diatas menyatakan: aku tidak menghendaki kapan dan dalam situasi dalam keadaan apapun dari mereka sedikit rezeki rezeki pun karena aku tidak memmbutuhkan sesuatu dan aku tidak meghendaki mereka memberi aku makan seperti berhala-berhala mereka sembah, sesungguhnya Allah, dialah saja maha pemberi rezeki yakni berulang-ulang lagi banyak kali memberi rezeki setiap hidup lagi pemilik kekuatan yang sangat kokoh.
Penjelasan Kata
Kata يطعمون terambil dari kata أطعم yakni memberi makan. Penyebutan kata tersebut setelah sebelumnya menyebut rezeki, adalah penyebutan khusus setelah menyebut yang umum. Hal ini agaknya di samping untuk mengecam dan merendahkan berhala berhala-berhala yang mereka sembah dengan memberikan sesaji, juka karena kebutuhan pangan merupakan kebutuhan utama makhluk
Ada juga yang memahami firmanya: aku tidak menghendaki dari mereka sedikitpun untuk mereka berikan kepada ciptaan-ciptaan-ku, karena semua telah kusiapkan rezekinya dann aku tidak menghendaki mereka memberi aku makan karena aku tidak membutuhkan pangan bahkan tidak butuh suatu apapun.
Nilai tarbawi pada suratn Adz-Dzariyat ayat 57-58
Ayat diatas menunjukan bahwa yang namanya rizki sudah diatur oleh Allah dan manusia sudah mendapatkan bagianya masing masing, dan Allah pun tidak mengharapkan rizki yang diberikan kepadamu untuk di dipersembahkan kepada Allah karena Allah yang menciptakan rizki tersebut. Nah dari sinilah kita bisa paham, bahwasanya kita harus bersukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan kepada kita.
Surat Shod ayat 29
Ayat dan Terjemah
كتاب انزلناه ٳليك مبارك ليده وليتذكر أولوا الألباب < 29 >
Artinya: “sebuak kitab yang kami turunkan kepadamu, penuh berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai fikiran yang cerah mendapat pelajaran”
Penjelasan Ayat
Penjelasan tentang hakikat diatas diuraikan Allah melalui para nabi dan kitab-kitabnya antara lain yang diturunkan kepada nabi Muhamad SAW. Karena itu ayat diatas menegaskan bahwa: Al-Qur’an yang engkau sampaikan wahai Nabi Muhamad adalah sebuahh kitab yang kami turunkan kepadamu. Ia penuh dengan berkah supaya mereka yakin umat manusia seluruhnya-khususnya yang tidak percaya memperhatikan ayat-ayatnya.
Tafsir Perkata
Kata الالباب adalah bentuk jamak dari لبّ yaitu sari pati sesuatu. Kacang misalnya memeliki kulit yang memiliki kulit yang menutupi isinya. Isi kacang dinamai lubb. Ulul albab adalah orang—orang yang memiliki akal yang murni yang diselubu ngi oleh “kulit”, yakni kabut ide yang melahirkan kerancuwan dalam berpikir. Yang merenungkan ayat-ayat Allah dan melaksanakanya diharapkan dapat terhindar dari siksa, sedang yang menolaknya pasti ada kerancuwan dalam cara berpikir.
Kata مبارك terambil dari kata بركه barkah yang bermakna sesuatu yang mantap juga berarti kebajikan yang melimpah dan beranika ragam serta bersinambung. Kolam dinamai birkah, karena air yang ditampung dalam kolam itu menetap mantap di dalamnya, tidak tercecer kemana-mana. Keberkahan ilahi sering kali tidak diduga atau dirasakan secara material dan tidak pula dibatasi atau bahkan diukur. Dari sini segala penambahan yang tidak terukur oleh indra dinamai berkah.
Nilai Tarbawi Surat Shod 29
Ayat diatas menunjukan bahwa seseorang guru ketika mengajar anak perserta didiknya dengan merujuk kepada nilai afekti, pesikomotorik dan kognitif. Ketika seorang guru menujuk tiga nilai tersebut akan membentuk peserta didik yang ulul albab dan perlu diketahui juga bahwasanya itu semua harus di topang dengan sepiritual supaya mendapatkan ilmu yang berkah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tujuan pendidikan islam yang tertuang dalm Al-Quran adalah supaya manusia Beribadah Kepada tuhanya, dengan di bantu dengan tujuan tujuan yang lainnya seperti halnya tujan dalam sekolah vormal maupun non vormal, tujuan dalam pembelajaran supaya anak-anak menerima ilmu dari guru dengan mudah dan tujuan pendidikan yang seperti inilah yang kita cari, karena dari sinilah bisa mencerdaskan peserta didik pada khususnya dan masyarakat sebagai umumnya. Dari sinilah akan tercapai tujuan pendidikan yang kita harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Quraish Shihab, M. 2007. Tafsir Al-Misbah. Tangerang: Lentera Hati
Showi Maki, Muhamad. Hasiyah Alawiyah Showi Ala Tafsir Jalalain.
Sholeh. Dahlan. DKK. 2009. Azbabul Nuzul. Bandung: Cv Penerbit Diponegoro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar