Jumat, 02 Desember 2016

Kewajiban belajar dlm Al qur'an ( kel.3)

KEWAJIBAN BELAJAR DALAM AL-QURAN

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Qiro`atul Kutub Tafsir Tarbawi
yang diampu oleh Darul Muntaha, S.Sos., M.Pd.I




Oleh:
Toyyib Chaqul Amin
Winona Ayuni Yuhadin
Zulfa Nur Khalifah
PAI V B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2016

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan merupakan kalamullah yang mutlak kebenarannya, berlaku sepanjang  zaman dan mengandung ajaran dan petunjuk tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia dan akhirat kelak. Ajaran dan petunjuk tersebut amat dibutuhkan oleh manusia dalam mengarungi kehidupannya.
Namun demikian al-Qur’an bukanlah kitab suci yang siap pakai dalam arti berbagai konsep yang dikemukakan al-Qur’an tersebut, tidak langsung dapat dihubungkan dengan berbagai masalah yang dihadapi manusia. Ajaran al-Qur’an tampil dalam sifatnya yang global, ringkas dan general sehingga untuk dapat memehami ajaran al-Qur’an tentang berbagai masalah tersebut, mau tidak mau seseorang harus melalui jalur tafsir sebagimana yang dilakukan oleh para ulama’.

Rumusan Masalah
Bagaimana isi kandungan QS. Al-Alaq: 1-5?
Bagaimana isi kandungan QS. At-Taubah: 122?
Bagaimana isi kandungan QS. Al- Muzzammil: 20?
Bagaimana isi kandungan QS. Muhammad: 24?





BAB II
PEMBAHASAN
QS. Al-Alaq/96: 1-5
Ayat dan Terjemah
(((((((( (((((((( ((((((( ((((((( (((((( (((   (((((( (((((((((( (((( (((((( (((   (((((((( (((((((( (((((((((( (((   ((((((( (((((( (((((((((((( (((   (((((( (((((((((( ((( (((( (((((((( (((  
Artinya: “1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Mufradat (Penjelasan Kata) QS. AL-Alaq/ 96: 1-5
a. ((اقزِأ bacalah maksudnya mulailah membaca 
b. ( باسن ربّك) dengan menyebut nama Tuhanmu 
c. ((خلق Yang telah  menciptakan semua makhluk
d. ( الانسان ) jenis manusia
e. (علق ) bentuk jama dari „alaqoh artinya segumpal darah yang kental
f. (الاكزم) maha pemurah
g. ((الذي علّن yang mengajar manusia menulis
h. ((باالقلن dengan pena ; orang  pertama yang menulis dengan qalam adalah Nabi Idris a.s. i.
i. (ها لن يعلن)apa yang tidak diketahuinya yaitu sebelum Dia mengajarkan kepadanya hidayah, menulis, dan berkreasi serta hal-hal lainnya.
Penjelasan Ayat
a. Ayat Pertama ((((((((( (((((((( ((((((( ((((((( (((((()
Ayat pertama ini mengandung pesan ontologis tentang sumber ilmu pengetahuan. Pada ayat tersebut Allah Swt. menyuruh Nabi Muhamad Saw. agar membaca. Sedangkan yang di baca itu obyeknya macam-macam. Ada yang berupa Ayat-ayat Allah yang tertulis sebagaimana surat Al-„Alaq itu sendiri, dan dapat pula ayat-ayat Allah yang tidak tertulis seperti yang terdapat pada alam jagat raya dengan segala hukum kausalitas yang ada didalamnya, dan pada diri manusia. Berbagai ayat tersebut jika di baca dalam arti ditelaah, diobservasi, diidetifikasi, dikatagorisasi, dibandingkan, dianalisa dan disimpulkan dapat menghasilkan ilmu pengetahuan.
Membaca ayat-ayat Allah yang berada dalam Al-Qur‟an dapat menghasilkan ilmu agama islam seperti Fiqih, Tauhid, Akhlak, dan sebagainya. Sedangkan membaca ayat-ayat Allah yang ada dalam diri manusia dari segi fisiknya menghasilkan sains seperti ilmu kedokteran dan ilmu tentang raga, dan dari segi tingkah lakunya menghasilkan ilmu ekonomi, ilmu politik, sosiologi, antropologi, dan lain sebagainya, dan dari segi kejiwaannya menghasilkan ilmu jiwa. Dengan demikian karena obyek ontologi seluruh ilmu tersebut adalah ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya ilmu itu pada hakikatnya milik Allah, dan harus diabadikan untuk Allah. Manusia hanya menemukan dan  memanfaatkan ilmu-ilmu tersebut. Pemanfaatan ilmu-ilmu tersebut harus di tunjukan untuk mengenal, mendekatkan diri dan beribadah kepada  Allah SWT. Dengan demikian ayat petama surat Al- „Alaq ini terkait erat dengan obyek, sasaran dan tujuan pendidikan.
b. Ayat Kedua ((((((( (((((((((( (((( (((((()
Kekuasaan Allah itu telah diperlihatkan ketika memberikan kemampuan membaca kepada Nabi Muhammad Saw. sekalipun ia belum pernah belajar membaca. Dengan demikian ayat ini memberikan informasi tentang pentingnya memahami asal usul dan proses kejadian manusia dengan segenap potensi yang ada dalam dirinya.
Proses kejadian manusia telah terbukti sejalan dengan apa yang dijelaskan berdasarkan analisis ilmu pengetahuan. Namun yang terpenting bukanlah ditemukannya kesesuaian antara ajaran Al-qur‟an dengan ilmu pengetahuan, tetapi yang terpenting adalah agar timbul kesadaran pada manusia, bahwa dirinya adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT dan selanjutnya ia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya kelak di akhirat. Kesadaran ini selanjutnya diharapkan dapat menimbulkan sikap merasa sama dengan manusia yang lainnya (egaliter), rendah hati, bertanggung jawab, beribadah, beramal salih.
Pemahaman yang komprhehensip tentang manusia ini disepakati oleh para ahli didik sebagai hal yang amat penting dalam rangka merumuskan berbagai kebijakan yang berkaitan dengan rumusan tujuan pendidikan, materi pendidikan, dan metode pendidikan.
c. Ayat Ketiga ((((((((( (((((((( (((((((((()
Menurut Al-Misbah bahwa pengulangan kata iqra pada ayat tersebut di dasarkan pada alasan bahwa membaca itu tidak akan membekas dalam jiwa kecuali dengan di ulang-ulang dan membiasakannya. Perintah Tuhan untuk mengulang membaca berarti pula mengulangi apa yang dibaca. Dengan cara demikian bacaan tersebut menjadi milik orang yang membacanya. Dengan demikian ayat ini erat kaitannya dengan metode pendidikan, sebagaimana halnya di jumpai pada metode pada metode iqra‟ dalam proses mempelajari membaca Al-Qur‟an. Sedangkan dihubungkannya kata iqra‟ dengan sifat Tuhan yang Maha Mulia sebagaimana terlihat pada ayat tersebut diatas, mengandung arti bahwa Allah memulyakan kepada siapa saja yang mengharapkan pemberian anugrah-Nya, sehingga dengan lautan kemulyaan-Nya itu mengalirkan nikmat berupa kemampuan membaca orang tersebut. Setelah ayat pertama dan kedua memerintahkan untuk membaca dengan meningkatkan motivasinya, yakni dengan nama Allah, kini ayat ketiga memerintahkan membaca dengan menyampaikan dengan janji Allah atas manfaat membaca itu secara berulang-ulang sehingga akan mendapat karuniaNya.
d. Ayat Keempat dan Kelima (   ((((((( (((((( (((((((((((( (((   (((((( (((((((((( ((( (((( (((((((( )
Sedangkan dalam Tafsir Al-misbah ayat tersebut menjelaskan bahwa Dia-lah Allah yang menjadikan qalam sebagai media yang digunakan manusia untuk memehami sesuatu, sebagimana mereka memahaminya melalui ucapan. Lebih lanjut lagi Al-misbah mengatakan bahwa Al-qalam itu adalah alat yang keras dan tidak mengandung unsur kehidupan, dan tidak pula mengandung unsur pemahaman. Namun digunakannya Al-qalam itu untuk memahami sesuatu bagi Allah bukaknlah masalah yang sulit. Dan dengan bantuan Al-qalam ini pula manusia dapat memahami masalah yang sulit. Allah memiliki kekuasan untuk menjadikan seseorang sebagai pembaca yang baik, penghubung yang memiliki pengetahuan sehingga ia menjadi manusia yang sempurna. Pada perkembangan selanjutnya, pengertian Al-qalam ini tidak terbatas hanya pada alat tulis yang bisa digunakan oleh masyarakat tradisioanal di pesantren-pesantren. Namun secara subtansial Al-qalam ini dapat menampung seluruh pengertian yang berkaitan dengan segala sesuatu sebagai alam penyimpan, merekam, dan sebagainya.
Nilai Tarbawi QS. Al-Alaq Ayat 1-5
Ayat  pertama ini berisi tentang perintah untuk membaca. Dan membaca adalah sebagian dari belajar.
Ayat kedua ini berisi penjelasan tentang asal-usul kejadian manusia. Agar manusia memiliki kesadaran dan tanggung jawab sebagai makhluk yang harus beribadah kepada Allah, dan mempertanggungjawabkan perbuatannya di akhirat kelak.
Ayat yang ketiga ini merupakan perintah membaca untuk yang kedua kalinya. Penjelasan ini erat kaitannya dengan perintah untuk mengembangakn ilmu pengetahuan secara konprehensip atau secara menyeluruh.
Dan dua ayat terakir ini berisi penjelasan tentang perlunya alat dalam melakukan kegiatan, seperti halnya qalam yang diperlukan bagi upaya pengembangan dan pemeliharaan ilmu pengetahuan.
QS. At-Taubah/9: 122
Ayat dan Terjemah
( ((((( ((((( ((((((((((((((( (((((((((((( (((((((( ( (((((((( (((((( ((( ((((( (((((((( ((((((((( (((((((((( (((((((((((((((( ((( ((((((((( (((((((((((((( (((((((((( ((((( (((((((((( (((((((((( (((((((((( ((((((((((( (((((  
Artinya: “tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”
Penjelasan Ayat
Ayat ini menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum uang menyangkut perjuangan. Yakni, hukum mencari ilmu dan mendalami agama. Artinya, bahwa pendalaman ilmu agama itu merupakan cara berjuang dan penyampaian bukti-bukti, dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada aman dan menegakkan sendi-sendi Islam. Karena perjuangan yang menggunakan pedang itu sendiri tidak disyari`atkan kecuali untuk jadi benteng dan pagar dari dakwah tersebut, agar jangan dipermainkan oleh tangan-tangan cerobh dari orang-orang kafor dan munafik.
((((( ((((( ((((((((((((((( (((((((((((( ((((((((
Tidaklah patut bagi orang-orang mukmin, dan juga tidak dituntut supaya mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap utusan perang yang keluar menuju medan perjuangan. Karena, perang itu sebenarnya Fardu Kifayah bukan Fardu `Ain. Perang barulah menjadi wajib, apabila Rasul sendiri keluar dan mengerahkan kaum mukminin menuju medan perang.
Kewajiban Mendalami Agama dan Kesiapan Untuk Mengajarkannya.
(((((((( (((((( ((( ((((( (((((((( ((((((((( (((((((((( (((((((((((((((( ((( ((((((((( (((((((((((((( (((((((((( ((((( (((((((((( (((((((((( (((((((((( (((((((((((
Mengapa tidak segolongan saja, atau sekelompok kecil saja yang berangkat ke medan tempur dari tiap-tiap golongan besar kaum Mu’minin seperti penduduk suatu negeri atau suatu suku, dengan maksud supaya orang-orang mu’min seluruhnya dapat mendalami agama mereka. Yaitu, dengan cara orang yang tidak berangkat dan tinggal di kota (Madinah), berusaha keras untuk memahami agama, yang Wahyu-Nya turun kepada Rosulullah saw. Hari demi hari, berupa ayat-ayat, maupun yang berupa hadits-hadits dari Nabi SAW. Yang mnerangkan Ayat-ayat tersebut, baik dengan perkataan maupun perbuatan. Dengan demikian, maka diketahuilah hukum dengan hikmahnya, dan menjadi jelas hal yang masih muj’mal dengan adanya perbuatan Nabi tersebut. Disamping itu orang yang mendalami agama memberi peringatan kepada kaumnya yang pergi perang menghadapi musuh, apabila mereka telah kembali kedalam kota.
Artinya, agar tujuan utama dari orang-orang yang mendalami agama itu karena ingin membimbing kaumnya, mengajari mereka dan memberi peringatan kepada mereka tentang akibat kebodohan dan tidak mengamalkan apa yang mereka ketahui, dengan harapan supaya mereka takut kepada Allah dan berhati-hati terhadap akibat kemaksiatan, disamping agar seluruh kaum Mu’minin mengetahui agama mereka, mampu menyebarkan da’wahnyadan membelanya, serta menerangkan rahasia-rahasiaNya kepada seluruh umat manusia. Jadi, bukan bertujuan supaya memperoleh kepemimpinan dan kedudukan yang tinggi serta mengungguli kebanyakan orang-orang lain, atau atau bertujuan memperoleh harta dan meniru orang zalim dan para penindas dalam berpakaian, berkendaraan maupun dalam persaingan diantara sesame mereka.
Ayat tersebut merupakan isyarat tentang kewajibannya dalam pendalaman agama dan bersedia mengajarkannya ditempat-tempat pemukiman serta memahamkan orang-orang lain kepada agama, sebanyak yang dapat memperbaiki keadaan mereka. Sehingga, mereka tak bodoh lagi tentang hukum-hukum agama secara umum yang wajib diketahui oleh setiap Mu’minin.
Orang-orang yang beruntung, dirinya memperoleh kesempatan untuk mendalami agama dengan maksud seperti ini, mereka mendapat kedudukan yang tinggi disisi Allah swt, dan tidak kalah tingginya dari kalangan pejuang yang mengorbankan harta dan jiwa dalam meninggikan kalimat Allah SWT. Membela agama dan ajaran-Nya. Bahkan , mereka boleh jadi lebih utama dari para pejuang pada selain situasi ketika mempertahankan agma menjadi Wajib’ain bagi setiap orang.

Nilai Tarbawi QS. At-Taubah Ayat 122
Kewajiban mendalami agama dan kesiapan untuk mengajarkannya. Maksudnya, tidaklah patut bagi orang-orang mukmin, dan juga tidak dituntut supaya mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap utusan perang yang keluar menuju medan perjuangan. Karena menuntut ilmu itu merupakan suatu kewajiban sehinnga menuntut ilmu mempunyai derajat yang sangat tinggi. sehingga di sejajarkan dengan orang yang perang dijalan Allah.
Hasil dari pembelajaran itu tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi diharapkan mampu untuk menyampaikan terhadap orang lain. 

QS. Al-Muzammil Ayat 20
Ayat dan Terjemah
( (((( (((((( (((((((( (((((( ((((((( (((((((( ((( (((((((( (((((((( ((((((((((( ((((((((((( (((((((((((( ((((( ((((((((( (((((( ( (((((( ((((((((( (((((((( (((((((((((( ( (((((( ((( ((( ((((((((( ((((((( (((((((((( ( ((((((((((((( ((( (((((((( (((( ((((((((((((( ( (((((( ((( ((((((((( (((((( (((((((( ( (((((((((((( ((((((((((( ((( (((((((( ((((((((((( ((( (((((( (((( ( (((((((((((( (((((((((((( ((( ((((((( (((( ( ((((((((((((( ((( (((((((( (((((( ( (((((((((((( ((((((((((( (((((((((( ((((((((((( ((((((((((((( (((( ((((((( ((((((( ( ((((( (((((((((((( (((((((((( ((((( (((((( ((((((((( ((((( (((( (((( ((((((( (((((((((( ((((((( ( ((((((((((((((((( (((( ( (((( (((( ((((((( ((((((( ((((  
Artinya: “Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Penjelasan Ayat
Setelah Allah membuka surat ini dengan keterangan mengenai orang-orang yang berbahagia dan menjelaskan muamalah mereka dengan Tuhan mereka, dan muamalah mereka dengan makhluk, kemudian mengancam orang-orang yang celaka dengan berbagai macam adzab di akhirat dan memperingatkan mereka dengan azab dunia, kemudian melukiskan kengerian pada hari kiamat, Allah menutup surat ini dengan peringatan-peringatan yang meliputi macam-macam petunjuk dan bimbingan, bagi siapa yang hendak menempuhnya. Kemudian Allah memberitahukan kepada Rasul-Nya apa yang dilakukan oleh Rasul itu dan oleh orang-orang mukmin untuk beribadah pada waktu malam, dua pertiga, setengah atau sepertiga malam. Kemudian Allah memberi keringanan kepada mereka dalam hal itu, karena beberapa uzur yang meliputi mereka. Baik uzur sakit, bepergian untuk berdagang dll. Maupun berjihad menghadapi musuh. Hendaklah mereka tetapi mengerjakan shalat sesuai dengan kesanggupan mereka, menunaikan zakat harta benda mereka dan memohon ampunan kepada Allah dalam segala keadaan mereka, karena Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Kasih Sayang dan Kemudahan-kemudahan Allah
Salah satu bentuk kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya adalah dengan memberikan kemudahan-kemudahan. Termasuk diantaranya keringanan-keringanan yang kita dapatkan, atau sebagian kita kenal dengan rukhshah. Demikian juga tentang perintah Shalat Malam ini. Dari yang semula wajib, kemudian dengan turunya ayat ke duapuluh ini menjadi sunnah.
Karena Allah Maha Mengetahui kondisi hamba-hamba-Nya. Akan ada yang sanggup melakukannya semalam, dan itupun tak akan bisa dilakukan terus menerus karena badan kita memliki hak untuk diistirahatkan. Ada juga yang bisa melakukannya sedikit bahkan ada yang kadang-kadang saja melakukan Shalat Malam. Karena ada yang tua dan muda, ada yang sehat dan yang sakit. Ada yang sibuk berperang, memiliki karakter pekerjaan yang melelahkan ada yang sedang stabil imannya dan ada yang labil dan seterusnya.
Maka kemudian Allah menjadikan Shalat Malam hukumnya sunnah. Tapi tetap berfungsi sebagai pembekalan secara efektif bagi penerus risalah Nabi Muhammad Saw sekaligus sebagai jalan untuk meraih kemuliaan di sisi Allah. Seperti dalam firman-Nya. “Dan pada sebagian malam hari Shalat Tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”. (QS.17: 79)
Sungguh luas kasih sayang-Nya. Allah memberikan kesempatan bagi hamba-Nya untuk berlomba meraih kemuliaan bagi siapa saja yang  mau berusaha meraihnya. Coba kita renungkan pesan Ibnu Athaillah as-Sakandary, “Allah sengaja menetapkan waktu–waktu tertentu untuk beribadah agar engaku tidak sampai tertinggal karena menunda mengerjakannya. Dan Allah memberi keleluasaan waktu bagimu agar tetap ada kesempatan untuk memilih” 
QS. Muhammad Ayat 24
Ayat dan Terjemah
(((((( ((((((((((((( ((((((((((((( (((( (((((( ((((((( ((((((((((((( ((((  
Artinya: “Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?”
Penjelasan Ayat
((((((((((((( (((((((((((( - Yatadabbarunal Qur`an : mereka memeriksa nasehat-nasehat dan larangan-larangan yang terdapat dalam Al-Quran, sehingga mereka berhenti dari melakukan hal-hal yang menyebabkan kebinasaan.
Apakah orang-orang munafik ini tidak memperhatikan nasihat Allah yang Dia nasihatkan pada ayat-ayat kitab-Nya dan apakah mereka tidak memikirkan tentang Hujjah-Hujjah Allah yang telah Dia terangkan dalam kitab-Nya, sehingga mereka mengetahui kekeliruan yang mereka pegangi, atau mereka benar-benar telah ditutup hatinya oleh Allah sehingga mereka tidak dapat memikirkan lagi pelajaran-pelajaran maupun nasihat-nasihat yang telah Dia turunkan dalam kitab-Nya.
Setelah Allah Swt. menyebutkan bahwa orang-orang munafik itu dijauhkan oleh Allah dari segala kebaikan. Yakni mereka dibuat tuli sehingga tidak dapat mengambil manfaat dari apa yang mereka dengar dan dibuat buta penglihatan mereka sehingga tidak dapat mengambil manfaat dari apa yang mereka lihat, maka Allah menerangkan pula bahwa sikap mereka berkisar antara dua hal. Mereka tidak memikirkan Al-Quran apabila Al-Quran itu sampai kepada hati mereka, atau mereka memikirkannya tetapi makna-maknanya itu tidak masuk ke dalam hati mereka, karena hati mereka memang tertutup.
Kesimpulannya, bahwa mereka berada diantara dua keadaan yang kedua-duanya buruk, memuat kehancuran dan menjerumuskan ke neraka. Yaitu mereka tidak memikirkan lagi dan tidak memperhatikan, bahkan telah tidak punya lagi, sehingga tidak dapat memahami sesuatupun.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tingginya nilai membaca, menulis dan berilmu pengetahuan Manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena “iqra`” haruslah dengan “bismi rabbika”, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas Aqidah Islam. Untuk tetap berdasarkan kepada iman kepada Allah maka harus lah mendalami ilmu agama.
Tujuan utama dari orang-orang yang mendalami agama itu karena ingin membimbing kaumnya, mengajari mereka dan memberi peringatan kepada mereka tentang akibat kebodohan dan tidak mengamalkan apa yang mereka ketahui, dengan harapan supaya mereka takut kepada Alloh SWT dan berhati-hati terhadap akibat kemaksiatan, disamping agar seluruh kaum mukminin mengetahui agama mereka, mampu menyebarkan pada seluruh umat manusia.
Pendalaman ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada iman dan menegakan sendi-sendi Islam. Karena perjuangan yang menggunakan pedang itu sendiri tidak di syari’atkan kecuali untuk jadi benteng dan pagar dari da’wah tersebut agar jangan dipermainkan oleh tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik.






DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar, Bahrun.  Tafsir Jalalain berikut Asbabun Nujul, jilid 2, Terj. dari Tafsir Jalalain oleh Imam Jalaludin As-Suyuti dan Imam Jalaludin AL- Mahalli Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009, cet. Ke-6
Ahmad Mustafa Al-Maragi. 1992. Terjemah Tasir Al-Maragi, Semarang: CV Toha Putra
Departemen Agama RI,  Al-Qur’an dan terjemahnya, Jakarta: Depag RI, 1998
Nata,  Abudin. Tafsir Ayat-ayt Pendidikan(Tafsir Al-ayat Al-Tarbawi),  Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2010 Cet. ke-4
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah Vol 15,  Jakarta: Lentera Hati, 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar