POTENSI BELAJAR DALAM AL-QURAN
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Qiro’ah Kutub Tafsir Tarbawi yang diampu oleh Bapak Darul Muntaha
Disusun oleh :
Setiono
Najwati Wihdah
Siti Uswatun Khasanah
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS SAINS AL QURAN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini .makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Qiro’ah Kutub Tafsir Tarbawi.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Darul Muntaha, selaku dosen pengampu mata kuliah Qiro’ah Kutub Tafsir Tarbawi. yang telah memberikan waktu yang panjang guna menyelesaikan makalah ini.
Kami merasa masih ada banyak kekurangan dalam pembuatan makalah kami ini, maka dari itu kami meminta maaf sebesar-besarnya atas keterbatasan kemampuan kami sehingga kritikan dan saran yang sifatnya membangun tetap kami butuhkan.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini berguna bagi smua pembaca.
Wonosobo, 3 November 2016
Penulis
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Belajar adalah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung daalam belajar. Karena kemampuan berubahlah, manusia terbebas kebodohan.
Kemampuan belajar atau potensi belajar oleh manusia itu sudah ada semenjak lahir, yaitu dengan diberikan pendengaran, penglihatan dan lain sebagainya. Sehingga dengan belajar manusia mampu memainkan peranan penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok manusia (bangsa) di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lainnya yang lebih dahulu maju karena belajar. Akibat persaingan tersebut, kenyataan tragis juga bisa terjadi karena belajar.
Berdasarkan fakta di atas, perlu rasanya kita mengkaji potensi-potensi belajar manusia yang ada dalam Al-Quran yang mesti dikembangkaan sehingga mampu menciptakan individu yang cinta ilmu dan yang akan membawa perubahan dan memakmurkan dunia ini, bukan malah menimbulkan kemudharatan di muka bumi ini.
RUMUSAN MASALAH
Apa saja ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang potensi belajar?
Bagaimaana mufassirin dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran tentang potensi belajar?
Apa saja kandungan tarbawi (nilai pendidikan) dari ayat-ayat Al-Quran tentang potensi belajar?
PEMBAHASAN
QS. AN-NAHL AYAT 78
Ayat dan Terjemahan
وَٱللَّهُ أَخۡرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ شَيۡٔٗا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَٰرَ وَٱلۡأَفِۡٔدَةَ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ ٧٨
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”
Penjelasan Ayat
Dalam bagian tentang nikmat, al-quran mula-mula membicaran nikmat pengetahuan dan sarana memperoleh pengetahuan. Al-Quran mengatakan:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun,
Secara pasti, dalam lingkungan terbatas dan tidak terbuka, kebodohan memang dapat ditoleransi. Tetapi di alam semesta yang luas ini, kebodohan seperti itu mustahil bertahan. Karena itu, di antara sarana-sarana untuk mengenali alam, yakni mata, telinga dan akal diberikan kepada kita, agar mau memahami kenyataan-kenyataan hidup dan nikmat-nikmat agung tersebut, sehingga tergugahlah rasa syukur kita kepada Sang Pencipta yang Pemurah, lalu kita bersyukur kepada-Nya dengan selayaknya.
Ayat di atas mengatakan:
Dan Dia menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Salah satu cara untuk mengungkapkan rasa syukur atas sesuatu adalah dengan menggunakannya secara benar.
Cara yang benar untuk mengungkapkan rasa syukur karena mempunyai mata dan telinga adalah dengan mencari pengetahuan. Sebab ayat diatas mula-mula mengatakan bahwa manusia (pada dasarnya) tidak mengetahui. Allah-lah yang memberinya mata dan telinga agar bersyukur, yakni mencurahkan hidup untuk mencari pengetahuan.
Nilai Tarbawi
Adapun nilai pendidikan yang dapat kita petik dari ayat di atas yaitu:
Dalam ayat ini manusia memiliki unsur material (jasmani) dan immaterial (ruhani/akal dan jiwa). Pembinaan akalnya menghasilkan ilmu, pembinaan jiwanya menghasilkan kesucian dan etika, sedangkan pembinaan jasmaninya menghasilkan ketrampilan.
QS. AR-RUM AYAT 30
Ayat dan Terjemah
فَأَقِمۡ وَجۡهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفٗاۚ فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِي فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيۡهَاۚ لَا تَبۡدِيلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ ٣٠
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”
Penjelasa Ayat
فَأَقِمۡ وَجۡهَكَ (maka hadapkanlah wajahmu), yang dimaksud aadalah perintah untuk mempertahankan dan meningkatkan upaya menghadapkan diri kepada Allah.
فِطۡرَتَ (fitrah; asal kejadian; bawaaan sejak lahir) terambil dari kaata fathara yang berarti menciptaa. Sementara pakar lain menambahkan, fitrah adaalah menciptakan sesuatu pertama kali tanpa ada contoh sebelumnya. Ada yang berpendapat bahwa fitrah yang dimaksud adalah keyakinan tentang keesaan Allah Swt yang telah ditanamkan Allah dalam diri setiap insan.
Berjalanlah tetap di atas jalan agama yang telah dijadikan syariat oleh Allah untuk engkau. Agama itu adalah agama yang disebut hanif, yang sama artinya dengan al-mustaqim yaitu lurus.
Kepercayaan atas adanya Allah adalah fitrah dalam jiwa dan akal manusia.
Nilai Tarbawi
Kalimat فَأَقِمۡ وَجۡهَكَ memberikan makna bahwa seoraang murid ketika belajar harus memperhatikan dan menyimak dengan baik apa yang disampaikan oleh guru, focus pada materi pelajaran.
حَنِيفٗا mengisyaratkan bahwa seorang guru harus berkepribadian lurus (jujur dan amanah) tidak terpengaruh oleh sifat-sifat buruk orang lain.
Kalimat fitrah mengisyaratkan bahwa guru harus menanamkan kepada muridnya secara terus menerus atas keyakinannya tentang kekuasaan Allah Swt.
Kalimat ٱلۡقَيِّمُ menunjukan bahwa guru harus memiliki kemantapan dalam mengajar dan memiliki kekuatan dalam menghadapi segala tantangan, siswa harus memiliki kemantapan dalam belajar dan memiliki kekuatan dalam berkompetensi atau bersaing dengan yang lainnya.
QS. AL-HAJ AYAT 46
Ayat dan Terjemah
أَفَلَمۡ يَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَتَكُونَ لَهُمۡ قُلُوبٞ يَعۡقِلُونَ بِهَآ أَوۡ ءَاذَانٞ يَسۡمَعُونَ بِهَاۖ فَإِنَّهَا لَا تَعۡمَى ٱلۡأَبۡصَٰرُ وَلَٰكِن تَعۡمَى ٱلۡقُلُوبُ ٱلَّتِي فِي ٱلصُّدُورِ ٤٦
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.”
Penjelasan Ayat
Perjalanan dengan tujuan memperluas ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang berharga, yang akan membawa pada perkembangan ilmu pengetahuan.
Lebih buruk dari kebutaan mata adalah butanya hati yang tidak memperoleh penglihatan dari nasihat-nasihat.
Allah menjelaskan bahwa mereka tidak bisa diharapkan untuk beriman, karena hati mereka telah buta, sehingga tidak dapat melihat dalil-dalil.
Dalam ayat ini membicarakan hati dan telinga. Secara tidak langsung, ini menyatakan bahwa untuk memahami kenyataan, hanya terdapat dua cara; entah manusia haarus memiliki sesuatu dalam dirinya, yang dengannya ia dapat menganalisis masalah-masalah dan memperoleh hasil yang diperlukan atau mendengarkan nasihat orang-orang yang baik, nabi-nabi Tuhan, dan para penegak kebenaran, atau dapat menggunakan keduanya untuk memperoleh fakta-fakta.
Nilai Tarbawi
Hati digunakan untuk memahami segala sesuatu.
Telinga yaitu indera yang digunakan untuk mendengarkan. Dengan adanya telinga, seorang menjadikannya untuk mendengar informasi apapun, belajar, mendengarkan penjelasan guru dengan seksama, sehingga mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
QS. AS-SAAJDAH AYAT 7-9
Ayat dan Terjemah
ٱلَّذِيٓ أَحۡسَنَ كُلَّ شَيۡءٍ خَلَقَهُۥۖ وَبَدَأَ خَلۡقَ ٱلۡإِنسَٰنِ مِن طِينٖ ٧ ثُمَّ جَعَلَ نَسۡلَهُۥ مِن سُلَٰلَةٖ مِّن مَّآءٖ مَّهِينٖ ٨ ثُمَّ سَوَّىٰهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِۦۖ وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَٰرَ وَٱلۡأَفِۡٔدَةَۚ قَلِيلٗا مَّا تَشۡكُرُونَ ٩
7. “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah”
8. “Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina”
9. “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”
Penjelasan Ayat
Ayat di atas melukiskan sekelumit dari substansi manusia. Makhluk ini terdiri dari tanah dan ruh Ilahi. Karena tanah, sehingga manusia dipengaruhi oleh kekuatan alam, sama halnya dengan makhluk-makhluk hidup di bumi lainnya. Ia butuh makan, minum dan lain-lain.
Kalimat مِن رُّوحِهِۦ (dari ruh-Nya) yakni ruh Allah. Ini bukan berarti ada bagian Ilahi yang dianugrahkan kepada manusia. Karena Allah tidak terbagi, tidak juga terdiri dari unsur-unsur. Yang dimaksud adalah ruh ciptaan-Nya.
Ruh pun memiliki kebutuhan-kebutuhan agar dapat terus menghiasi manusia. Dengan ruh, manusia diantar menuju tujuan non materi yang tidak dapat diukur di laboratorium, tidak juga dikenal oleh alam materi.
Nilai Tarbawi
ٱلَّذِيٓ أَحۡسَنَ كُلَّ شَيۡءٍ خَلَقَهُۥ mengisyaratkan bahwa seorang guru dan murid harus berkarya dengan sebaik-baiknya (berkualitas), mengerjakan sesuatu harus dengan sebaik-baiknya.
Kalimat ٱلسَّمۡعَ (pendengaran) agar kamu dapat mendengar kebenaran, mendengarkan pelajaran.
Kalimat penglihatan, agar kamu dapat melihat tanda-tanda kebesaran Allah. Memperhatikan ciptaan Allah dan dengannya kita mendapatkan ilmu pengetahuan yang sangat berpotensi untuk dikembangkan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan ayat-ayat di atas, maka dapat kita simpulkan, bahwasanya manusia telah diberikan potensi-potensi oleh Allah SWT yang terdapat dalam organ-organ fisio-psikis manusia yang berfungsi sebagai alat-alat penting untuk melakukan kegiatan belajar. Adapun ragam alat fisio-psikis itu seperti terungkap dalam beberapa firman Allah SWT tersebut, sebagai berikut:
Indera pendengaran (telinga), yaitu alat fisik yang berguna untuk menerima informasi visual, agar kamu dapat mendengar kebenaran yang datang dari Allah, kita dapat mendengar ilmu yang mesti kita pelajari.
Indera penglihatan (mata), yaitu alat fisik yang berguna untuk menerima informasi verbal, agar kamu dapat melihat tanda-tanda kebesaran Allah. Berarti kita dapat melihat alam sekitar dan belajar dengan baik.
Akal, yaitu potensi kejiwaan manusia berupa sitem psikis yang kompleks untuk menyerap, mengolah, menyimpan dan memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan (ranah kognitif), gabungan daya fikir dan daya kalbu, yang menjadikan seseorang terikat, sehingga tidak terjerumus dalam kesalahan dan kedurhakaan; potensi untuk meraih ilham dan percikan cahaya Ilahi.
Hati, yaitu akal sehat dan hati suci, kebebaasan berfikir jernih, potensi untuk menemukan sendiri kebenaran, serta mengikuti keterangan orang terpercaya dalam hal kebenaran.
DAFTAR PUSTAKA
Allamah Kamal Faqih Imani, TAFSIR NURUL QURAN, Terj. Ahsin Muhammad, Jakarta: Al-Huda, 2006
http://cecepabdulaziz.blogspot.co.id/2014/09/potensi-belajar-dalam-al-quran.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar